Autobiografi
Assalamualaikum Wr. wb
Perkenalkan nama saya Ferdiansyah Irawan, biasa dipanggil oleh sahabat-sahabat dengan sebutan Ozil, saya lahir di Kota Tangerang tepatnya di Ds. Mekar Kondang hari rabu pada tanggal 25 januari 1996, saya anak pertama dari Bapak Sanwani dan ibunda Siti Khadijah, alhamdulillah kedua orang tua saya di karuniai 2 orang putra, sejak umur 3-5 tahun saya sekolah TK di Sepatan Tangerang, dari situ saya diperkenalkan dengan dunia pendidikan oleh kedua orang tua, setelah lulus TK saya melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi, umur 5 tahun saya sekolah di SDN. Mekar Kondang, yang mana pada saat itulah, tidak kenal waktu ketika bermain dengan teman-teman sekampung apalagi ketika bermain bola, suara kumandang Adzan lah yang memanggil ketika kami sedang asik-asiknya bermain, ketika duduk dikelas 6 SD saya mulai berpikir saya harus hidup mandiri, harus hidup kerja keras tanpa adanya bantuan orang tua, dari situlah saya memutuskan untuk sekolah di Mts Awwabin sambil pesantren, untuk memperdalam ilmu tentang Agama Islam, untuk itu saya mulai menanamkan bagaimana caranya saya menjadi orang yang berguna bagi kedua orang tua saya khusnya dan umumnya bagi orang lain, pahitnya kehidupan mulai kurasakan bahwa hidup itu pahit, penuh perjuangan, air mata berkecucuran untuk mencari seumpal nasi, saya Pesantren di sebuah Pondok yang gubuk atau biasa disebut dengan bale rombeng di PONPES SALAFI Awwabin tidak jauh dari sekolah saya, awal ketika mondok jujur saya tidak betah, selalu nangis mengingat orang tua, tapi saya berfikir dan terus berfikir bagaimanapun saya harus betah di pondok ini, karena di Kobong lah saya bisa memperdalam ilmu Agama, 3 tahun berlalu saya melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, tapi kali ini berbeda saya memutuskan untuk merantau, jauh sekali dengan rumah saya, yaitu di Pesantren Salafi Att-Hiriyyah sambil sekolah di Man 1 Kota Serang, disinilah pada masa putih abu-abu, segala rasa ingin tahu terhadap sesuatu tinggi sekali, saya sangat sulit mengontrol diri saya terhadap hal-hal Negative, karena memang pergaulan teman-teman saya pada saat itu sangat kacau, lingkungan sangat penting untuk membuat diri kita baik/buruknya, tapi lagi-lagi saya berfikir, masa jauh-jauh dari rumah hanya untuk berbuat hal-hal negative, akhirnya saya pun sadar, saya harus belajar sunguh-sungguh, pahitnya belajarpun saya rasakan di pondok, yang mana di pondok, harus menghafal seluruh kitab nahu dan sharaf, tidak hanya itu saja, saya didik di pondok untuk menjadi Ulama, saya masih ingat sekali, ketika pertama kali naik ke kelas dua pengajian di Kobong, mulai ngaji sama Abah Hasuri pengasuh pondok, saya gemetar sekali ketika baca kitab Tafsir Jalalen, di depan Abah, keringat berkecucuran, jantung berdetak kencang, saking takut salah bacanya, akhirnya pun kejadian ketika sudah membaca 2 bait, saya pun salah bacanya, Abah pun marah sekali pas saya baca kitab salah, dologggggg sire, itulah yang Abah keluarkan kata-katanya dari mulut beliau, sontak anak-anak pada saat itu pada kaget, ngelihat Abah marah, saya berusaha keras sekali, saya harus lancar ketika baca kitab dihadapan Abah, akhirnya setelah keseringan baca kitab di depan Abah saya makin terbiasa dan tidak gugup lagi, 2 tahun dipondok pesantren Atto-hiriyyah, saya mulai lancar baca kitab, akhirnya saya di titah ngajar oleh assatid untuk menjadi Guru, tersontak saya kaget mendengar perkataan beliau, mau engga mau saya harus menerimanya, awal saya ngjar dikelas 1 pengajian kitab Wasoya tentang anak yang berbakti kepada orang tuanya, waktu terus berjalan akhirnya waktu yang saya tunggu-tunggu datang juga, yaitu pada bulan April bulan dilaksakanya Ujian Nasional, UN merupakan momok tersendiri bagi kawan-kawan anak kelas XII pada saat itu, karena UN lah yang menetukan lulus atau tidaknya seorang siswa, saya mulai Fokus menjelang beberapa bulan lagi diadakanya UN, tidak kenal lelah belajar meskipun saya harus belajar di 3 tempat, pertama di Pondok Pesantren, Kedua di Sekolah, Ketiga di Tempat kursus, akhirnya tuhanpun membalas usaha kesungguhan belajar saya dengan kelulusan, senang sekali rasanya ketika melihat pengumuman kelulusan, saya langsung sujud syukur girang sekali pada saat itu, ayah ibu anakmu lulus, dengan nilai yang sangat-sangat memuaskan, guru BK memanggil pada saat itu, menanyakan ingin masuk kuliah dimana? tersontak saya menjawab saya ingin kuliah di UIN Jakarta jurusan Tafsir Hadist, dan pilihan kedua di IAIN "SMH" Banten jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, alhamdulilanya keterima dua-duanya saya dilema mau milih yang mana, akhirnya saya memutuskan untuk mengambil kuliah di kampus IAIN, karena saya tidak di izinkan oleh kedua orang tua, untuk kuliah di jakarta dengan alasan pergaulan yang bebas, takut kebawa-bawa, di kampus lah saya diperkenalkan dengan dunia pendidikan yang sebenarnya, bahwa Mahasiswa adalah Agen of Change (agen perubahan), artinya mahasiswa adalah pemegang tonggak yang menentukan nasib negeri ini, tanpa di sadari saya mulai di doktrinisasi, bahwa Mahasiswa merupakan harapan bangsa. Di pundak mahasiswa kemajuan
suatu bangsa akan dipegang. Karena mahasiswa merupakan elit pemuda yang
terdidik. Mereka yang mengenyam pendidikan tinggi di bdaningkan dengan
yang lain. Mereka menempati struktur sosial tertentu di bdaing yang
lain. Oleh karena itu mahasiswa mempunyai peran strategis dari elit
generasi muda suatu bangsa. Sebuah ungkapan menyatakan bahwa generasi
muda merupakan sumber insani pembangun. Dan mahasiswa ada di dalamnya.
sedikitnya ini perjalanan hidup saya yang berliku-liku, akhiru kalam, inilah kami wahai indonesia.
wassalamualaikum wr wb
Komentar
Posting Komentar